Senin, 21 Oktober 2013

Art Nouveau, Gambaran Keindahan Floral

http://achmadyanu.com/?p=264
Art Noveau adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan (flora) yang liuk-liuk. Aliran ini muncul pertama kali muncul di Eropa dan Amerika pada tahun 1819 hingga menjelang perang dunia pertama (1914). Art Noveau berasal dari sebuah toko di Paris yang dibuka tahun 1895 oleh Stegfried Bing. Di Eropa aliran ini menggunakan beberapa nama, diantaranya: Jugendstill (Jerman), Vinna Secession (Austria), Stile Liberty (Italia), Modernista (Spanyol) dan Glassgow School (Inggris) seperti yang telah disebutkan di atas.
 
Hal tersebut di atas, juga dijelaskan dalam web http://www.artchive.com/ artchive/ art_nouveau.html., yaitu “An international style of decoration and architecture which developed in the 1880s and 1890s. The name derives from the Maison de l’Art Nouveau, an interior design gallery opened in Paris in 1896, but in fact the movement had different names throughout Europe. In Germany it was known as ‘Jugendstil’, from the magazine Diejugend (Youth) published from 1896; in Italy ‘Stile Liberty’ (after the London store, Liberty Style) or ‘Floreale’; in Spain ‘Modernista’, in Austria ‘Sezessionstil’ and, paradoxically, in France the English term ‘Modern Style’ was often used, emphasizing the English origins of the movement.

Pada masa gerakan Art Nouveau, ada seorang tokoh bernama Louis Sullivan (1856-1924) melontarkan slogannya “Form Follows Function” yang mengandung maksud bahwa semua bentuk harus ada fungsinya dan tahun 1897 Adolf Loos dengan kata-katanya “makin rendah tingkat budaya suatu bangsa, makin meriahlah ornamentasinya”. Karena itu di kemudian hari seni dan arsitektur menjadi satu dalam madzab Bauhaus, maka baik seni lukis maupun seni bangunan dalam naungannya berusaha untuk menjadi sesederhana mungkin (Soedarso SP, 1990: 68).

Gerakan Art Nouveau muncul pada awal abad 20 di negara-negara Eropa seperti Belanda, Belgia dan Jerman. Gerakan Art Nouveau tidak seperti Art & Craft yang memusuhi mesin, gerakan ini lebih merupakan seni terapan pada awalnya. Wujud desainnya seperti sejenis flora aneh atau organisme yang hidup. Berupa bentuk-bentuk yang mengalun, meliuk, berdenyut, menggeliat dan sebagainya, yang kadang tidak menggambarkan apapun. Bentuk bangunannya memperlihatkan keterpaduan antara hiasan dan struktur, strukturnya sendiri terkesan dekoratif. http://www.geocities.com/ sta5_ar530/data/01renaisanspurna.htm.

Nilai lebih yang dimiliki Art Nouveau adalah keinginan untuk menerima mesin (sehingga antisipasi kuantitas produksi menjadi teratasi) serta menerima craft sebagai bagian pula. Hanya saja, setiap gerakan biasanya memiliki kekurangan, dan demikian pula halnya dengan Art Nouveau. Salah satunya adalah pergesekan antara sisi estetika dengan fungsionalitas, terutama berkaitan dengan bahan yang digunakan (semacam structure vs decoration). Misalnya penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari baja yang baik secara struktur tetapi menyulitkan secara dekorasi, terutama terkait dengan masalah besarnya dana yang harus dikeluarkan (secara sederhana: ignoring the characters of element). Terkadang sebuah bentuk arsitektur yang begitu indah tetapi ditempatkan pada lokasi yang tidak semestinya, seperti lampu dengan ornamen yang luar biasa detil dan indah, tetapi ditempatkan pada sebuah stasiun yang super sibuk sehingga tidak bisa dinikmati oleh pengguna stasiun tersebut (http://www. veetra.com/index.php? option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71& PHPSESSID=f906bd971).

Art Nouveau mempengaruhi lahirnya sekolah desain Bauhaus di Jerman pada tahun 1919. Sehingga tercapainya keserasian dan kesinambungan ke arah kemajuan dan modernisasi mebel. Di Indonesia pengaruh ini dapat dilihat pada perbedaan desain kursi ketua MPR dan wakil ketuanya. Dimana kursi ketua MPR didesain lebih berwibawa dibandingkan para wakil ketuanya. Begitu juga Presiden dan Wakil Presiden pun tidak boleh menyaingi kewibawaan kursi ketua MPR. Tetapi dalam kedudukannya harus didesain paling berwibawa diantara kursi-kursi lain dalam struktur pemerintahan.

Disamping itu Art Nouveau juga berpengaruh terhadap grafis, yaitu dapat dilihat pada logo perusahaan transportasi terbesar di Amerika pada tahun 1868. Yang tercermin dari bentuk logo Union Pacific yang berupa tameng dengan pola garis-garis dengan warna merah biru yang sangat khas Amerika. Pada proses evolusi desain logonya mengalami perubahan sebanyak 27 kali dan pada dasarnya, proses perubahan logo sebanyak itu dapat dibagi dalam beberapa fase perubahan, sesuai dengan keadaan zaman dan gaya desain yang dipergunakan.

Ciri-ciri desain Art Nouveau adalah merupakan perkembangan desain tradisional-modern, diantaranya merupakan pergantian mebel tradisional oleh mesin dan adanya motif tumbuh-tumbuhan sebagai aspek dekorasi atau hiasannya.

Seni dan Desain pada Zaman Revolusi Industri

http://achmadyanu.com/?p=262
Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong University) dalam web http://www.veetra. com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71&PHPSESSID=f90 6bd971 dijelaskan, revolusi industri merupakan titik “keberangkatan” yang penting karena merombak pola pikir masyarakat pada masa itu, terutama tentang eksistensi seni dan kerajinan. Kemungkinan menghasilkan barang-barang “bercita rasa seni” dalam jumlah banyak karena diproduksi mesin, sehingga menimbulkan perdebatan-perdebatan, yaitu antara seni sebagai high art atau seni yang juga sebagai craft/kerajinan.
Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movement dan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafis oleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.
Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.
Tak lama berselang, berdirilah sekolah Bauhaus yang dengan upayanya memadukan seni dan teknologi, menambah kemajuan pertumbuhan berbagai gaya-gaya desain grafis, yang merupakan sintesis dari seni, desain dan teknologi. Pemahaman modernitas yang berupaya mengejar hal-hal baru dan gaya desain modern yang universal makin merebak.
Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).
Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong University) dalam web http://www.veetra. com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71&PHPSESSID=f90 6bd971 dijelaskan, revolusi industri merupakan titik “keberangkatan” yang penting karena merombak pola pikir masyarakat pada masa itu, terutama tentang eksistensi seni dan kerajinan. Kemungkinan menghasilkan barang-barang “bercita rasa seni” dalam jumlah banyak karena diproduksi mesin, sehingga menimbulkan perdebatan-perdebatan, yaitu antara seni sebagai high art atau seni yang juga sebagai craft/kerajinan.
Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movement dan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafisoleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.

Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.

Tak lama berselang, berdirilah sekolah Bauhaus yang dengan upayanya memadukan seni dan teknologi, menambah kemajuan pertumbuhan berbagai gaya-gaya desain grafis, yang merupakan sintesis dari seni, desain dan teknologi. Pemahaman modernitas yang berupaya mengejar hal-hal baru dan gaya desain modern yang universal makin merebak.

Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).

Minggu, 20 Oktober 2013

Membebaskan Tim Kreatif untuk Bersenang-Senang Sejenak

http://achmadyanu.com/?p=246
Perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan pasar yang ketat selain harus memiliki kualitas produk yang bagus, juga harus mempunyai tim kerja yang solid. Untuk menemukan kembali genius kreatif, terdapat sejumlah cara untuk mematahkan pola-pola yang tidak produktif dan menciptakan lingkungan yang tidak hanya menyehatkan namun juga mampu mempercepat terciptanya kreatifitas. Terdapat tiga metode non-tradisional yang dapat direkomendasikan sebagai berikut:

Bermain dengan tanah liat.
Permainan ini mungkin terdengar aneh bagi orang dewasa dan mungkin terdapat beberapa ketidaknyamanan bahkan penolakan ketika kegiatan ini dilakukan. Fungsi dari permainan ini sebenarnya adalah lebih bersifat ice breaking untuk memecah penat dalam pekerjaan kantor.

Rencanakan idle time.
Rencanakan sebagian waktu dalam seminggu untuk benar-benar terbebas dari rutinitas yang ada. Pergi untuk berjalan-jalan. Duduk dan berpikir. Menikmati waktu tenang. Dengan memberikan waktu agar otak beristirahat dari serangan rutinitas dan terlibat dalam kegiatan yang menenangkan dan inspiratif, sehingga pada akhirnya bisa kembali kerja dengan pikiran yang tenang.

Berkarya seni
Membuat seni adalah cara yang efektif untuk membuka jalur kreatif. Seperti berbagai produk inovatif yang laris di pasaran tercipta dari coretan-coretan desainer dengan pemikiran yang sangat leluasa untuk mendapatkan ide segar.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Komunikasi untuk Menghasilkan Karya-Karya Terbaik

http://achmadyanu.com/?p=250
Memunculkan karya terbaik dari karyawan merupakan tanda dari seorang pemimpin yang efektif. Namun secara efektif mengkomunikasikan apa sebenarnya yang diharapkan seorang pemimpin kepada karyaman bisa menjadi sulit. Gambaran yang tidak jelas dari harapan pemimpin menyebabkan proses yang tidak efisien dan kinerja di bawah standar. Karyawan bisa menjadi frustasi karena pekerjaan mereka dianggap tidak dihargai yang pada akhirnya membuat perusahaan tidak memiliki kinerja yang memuaskan. Terdapat beberapa cara untuk mengkomunikasikan secara jelas dan efektif dari harapan pemimpin kepada karyawan, yaitu sebagai berikut:
  1. Memperkuat target-target perusahaan. Seperti percakapan apa pun, pemimpin harus menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung ketika mengkomunikasikan target-target tersebut. Kunci komunikasi yang efektif adalah kesederhanaan dan pengulangan pesan. Mendengar harapan itu sebanyak satu kali tidak akan membuat karyawan meresapi komunikasi.
  2. Jelaskan siapa, apa dan bagaimana. Untuk mengkomunikasikan ekspektasi yang jelas dalam lingkungan yang terus berubah, pastikan bahwa karyawan selalu tahu apa yang ingin dicapai perusahaan, bagaimana rencana untuk sampai ke sana, dan siapa yang akan melakukan apa untuk mencapai hasil tersebut. Kebanyakan kegagalan dapat dikaitkan dengan kesenjangan dalam kejelasan tentang salah satu dari tiga komponen tersebut.
  3. Perhatikan lingkungan kerja yang berkomunikasi dengan karyawan. Agar karyawan dapat memenuhi harapan, lingkungan kerja harus mendukung perilaku yang diharapkan. Setiap unsur budaya harus dapat memperkuat perilaku yang diharapkan untuk karyawan. Jika ekspektasi berlawanan dengan lingkungan, karyawan tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan perusahaan.
  4. Ekspektasi yang efektif didukung oleh sistem penghargaan, serta struktur dan proses perusahaan. Misalnya, jika perusahaan mengharapkan karyawan untuk mengambil risiko, maka perusahaan perlu untuk memberikan penghargaan dan membentuk alur kerja yang memungkinkan untuk terjadinya kegagalan dari berbagai eksperimen yang dilakukan karyawan.
  5. Memahami kepentingan pribadi dalam diri karyawan. Karyawan pada dasarnnya datang ke tempat kerja dengan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri, sehingga untuk mengenal setiap orang secara individual membantu perusahaan memastikan bahwa mereka memahami harapan perusahaan dan merasa termotivasi untuk bertemu dengan mereka. Dengan benar-benar memahami apa yang membuat mereka tergerak, apa yang memberi mereka energi dan tantangan apa yang mereka hadapi, seorang pemimpin dapat lebih efektif mendorong kinerja dan terjadinya perubahan perilaku. Luangkan waktu untuk membangun hubungan emosional dengan setiap karyawan yang dikelola. Tanyakan apa yang mereka perjuangkan, apa yang dituju dari menjalankan pekerjaan mereka dan apa yang mereka bergairah tentang pekerjaan yang dilakukan. Mengetahui apa yang memotivasi mereka akan membantu perusahaan membingkai harapan perusahaan dengan cara yang sesuai dengan tujuan karir mereka.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan dasar utama bagi seseorang yang melakukan aktivitas pekerjaannya. Kebutuhan itu sendiri dipandang sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan orang mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan itu. Rasa tidak senang dan ketegangan muncul ketika kebutuhan itu tidak terpenuhi. Oleh karena itu seseorang akan memilih suatu tindakan tertentu untuk mengurangi ketegangan dan tekanan-tekanan, sehingga timbul perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan.